SENI LUKIS DALAM PANDANGAN ISLAM
Seni rupa mulai berkembang pesat di
dunia Islam mulai abad ke-7 M. Sejak itulah, agama yang diajarkan
Rasulullah SAW itu menyebar luas tak hanya di Semenanjung Arab,
melainkan juga hingga mencapai Bizantium, Persia, Afrika, Asia, bahkan
Eropa. Perkembangan seni lukis di dunia Islam terbilang sangat unik
karena diwarnai dengan pro dan kontra.
Adalah perbedaan pemahaman pada Hadis
Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari-Muslim yang membuat seni
lukis menjadi kontroversi di kalangan umat Islam. Dalam hadis itu
Rasulullah SAW bersabda, “Malaikat tak akan memasuki rumah yang di
dalamnya terdapat gambar dan anjing.” Hadis ini dipandang shahih, karena
diriwayatkan Imam Bukhari-Muslim.
Meski begitu, kalangan ulama berbeda
pendapat soal boleh atau tidaknya melukis. Dalam <I>Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam<I> terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH)
disebutkan, ulama yang mengharamkan lukisan atau gambar, antara lain
Asy-Syaukani, Al-Lubudi, Al-Khatibi, serta Badan Fatwa Universitas
Al-Azhar. Para ulama itu berpegang pada hadis di atas.
Sementara itu, ulama terkemuka seperti
Al-Aini, At-Tabrari, dan Muhammad Abduh justru menghalalkan lukisan dan
gambar. Syeikh Muhammad Abduh berkata, “Pembuatan gambar telah banyak
dilakukan dan sejauh ini tak dapat dimungkiri manfaatnya. Berbagai
bentuk pemujaan atau penyembahan patung atau gambar telah hilang dari
pikiran manusia.”
Tokoh pembaru Islam dari Mesir itu
berpendapat bahwa hukum Islam tak akan melarang suatu hal yang sangat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. “Apalagi bila sudah dapat dipastikan
bahwa hal itu tidak berbahaya bagi agama, iman, dan amal,” cetus Abduh.
Dari zaman ke zaman perbedaan pendapat ini terus bergulir.
Di tengah pro dan kontra itu seni lukis
berkembang di dunia Islam. Meski begitu, para arkeolog dan sejarawan tak
menemukan adanya bukti adanya sisa peninggalan lukisan Islam asli di
atas kanvas serta panel kayu. Hasil penggalian yang dilakukan arkeolog
justru menemukan adanya lukisan dinding, lukisan kecil di atas kertas
yang berfungsi sebagai gambar ilustrasi pada buku.
Salah satu bukti bahwa umat Islam mulai
terbiasa dengan gambar makhluk hidup paling tidak terjadi pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah (661 M -750 M) di Damaskus, Suriah. Hal itu
dapat disaksikan dalam lukisan yang terdapat pada Istana keci Qusair
Amrah yang dibangun pada 724 M hingga 748 M.
Selain itu, serambi istana Musyatta yang
dibangun penguasa Umayyah di akhir kekuasaannya tahun 750 M, juga
dipenuhi lukisan manusia dan binatang. Pada era kekuasaan Abbasiyah,
penggunaan gambar makhluk hidup dalam lukisan dinding juga digunakan
pada istana Juasaq Al-Kharqani yang dibangun oleh Khalifah Al-Mu’tasim
pada 836 M-839 M.
Makhluk hidup juga menjadi objek lukisan
di istana Dinasti Abbasiyah di era pemerintahan Al-Muqtadir (908 M-932
M). Dalam dinding istana itu, tergambar lima belas penunggang kuda.
Lukisan ini dipengaruhi gaya Mesopotamia. Lukisan manusia juga terdapat
dalam dinding istana Sultan Mahmud Gazna (wafat 1030 M).
Gambar prajurit serta perburuan gajah
yang terlukis di dinding istana Sultan itu lebih banyak dipengaruhi seni
dari India. Lukisan manusia dan makhluk hidup mulai berkembang pesat di
era Dinasti Fatimiyah dan Seljuk antara abad ke-12 dan 13 M. Seabad
kemudian, seni lukis miniatur berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti
Il-Khans–dinasti keturunan Hulagu Khan yang sudah masuk Islam.
Penguasa Il-Khans, seperti Mahmud Ghazan
(1295 M-1304 M), Muhammad Khodabandeh (Oljeitu) (1304 M-1316 M), dan
Abu Sa’id Bahadur (1316 M-1335 M) sangat menaruh perhatian pada
perkembangan seni. Mereka memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan oleh invasi yang dilakukan leluhurnya terhadap dunia Islam.
Dinasti ini pun memperkenalkan gaya
lukis Cina terhadap seni lukis miniatur Persia di zaman itu. Seni lukis
miniatur Persia berkembang makin pesat di era kekuasaan Dinasti Timurid
di wilayah Iran. Dipengaruhi gaya lukis Cina dan India, seni lukis
miniatur Persia itu tampil dengan gaya yang unik. Seni lukis tradisi
berkualitas tinggi juga berlangsung di era kekuasaan Dinasti Safawiyah.
Lantaran negara-negara Islam saat itu
berbentuk monarki, seni lukis di setiap kota Islam sangat ditentukan
pemimpinnya. Para penguasa Dinasti Safawiyah sebenarnya sangat mendukung
para seniman. Salah seorang pemimpin Safawiyah yang mendukung kegiatan
para seniman itu adalah Shah Ismail I Safav. Bahkan, dia mengangkat
Kamaludin Behzad–pelukis kenamaan Persia–sebagai direktur studio lukis
istana.
Lukisan Persia memiliki ciri khas
tersendiri. Kebanyakan berisi sanjungan kepada raja dan penguasa. Selain
itu, ada pula lukisan keagamaan yang menggambarkan interpretasi orang
Persia terhadap Islam– agama yang mereka anut. Lukisan Persia pun sangat
termasyhur dengan penggunaan geometri dan warna-warna penuh semangat.
Yang lebih penting lagi, lukisan Persia
dikenal mata ilustratif. Lukisannya mampu memadukan antara puisi dengan
seni lukis. Bila kita melihat lukisan Persia, seakan-akan kita diajak
untuk membaca sebuah kisah puitis yang mampu menumbuhkan rasa
kepahlawanan. Hal itu terjadi, karena lukisan-lukisan itu diciptakan dan
terinspirasi oleh syair-syair yang begitu luar biasa.
Penguasa Safawiyah mulai mencabut
dukungannya kepada para seniman di era kekuasaan Shah Tahmasp I tahun
1540-an. Akibatnya, para seniman yang bekerja di istana Shah pergi
meninggalkan Tabriz, Iran. Mereka ada yang hijrah ke Bukhara kawasan
utara India. Tak heran, jika seni lukis berkembang di Kesultanan Mughal,
India. Di wilayah ini, seni lukis dikembangkan oleh para seniman
imigran.
Salah satu ciri khas seni lukis Mughal
adalah lebih bernilai humanistik dibandingkan hiasan. Gambar yang
dilukiskan lebih ke dalam bentuk realistik, dibandingkan dalam bentuk
fantasi. Pada era kekuasaan Turki Usmani, seni lukis juga berkembang
pesat dengan sokongan dari istana Sultan.
Para penguasa Usmani memerintahkan para
senimannya menggambar beragam bentuk peristiwa tentang kiprah Sultan,
seperti pertempuran dan festival. Di era kepemimpinan Sultan Sulaeman
Al-Qanuni ada pelukis miniatur terkemuka bernama Nasuh Al-Matraki.
Hampir semua karya lukis pada zaman ini tersimpan di Perpustakaan Istana
di Istanbul.
Begitulah seni lukis berkembang dari
masa ke masa di era kejayaan Islam. Seni lukis yang khas dari setiap
dinasti membuktikan bahwa umat Islam pada waktu itu mampu mencapai
peradaban yang sangat tinggi di dunia.
sumber: klik disini
Jumat, 08 Agustus 2014
SENI LUKIS DALAM PANDANGAN ISLAM
02.59
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar